Pages

Kamis, 11 April 2019

Hukum memotong rambut bagi wanita

Kajian Hukum Islam- Hukum asal potong rambut bagi wanita adalah boleh…. Batasan potong rambut bagi wanita adalah selama tidak melanggar dua hal: (1). menyerupai lelaki dan (2). menyerupai orang kafir. Adapun selain itu maka hukumnya boleh.



Potongan yang menyerupai potongan laki-laki maka hukumnya haram dan dosa besar, sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kaum wanita yang menyerupai kaum pria. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, bahwa beliau mengatakan:

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat kaum lelaki yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai lelaki.” (H.r. Bukhari)

Menghabiskan rambut (dalam bahasa arab : halqu) Makruh bahkan Haram hukumnya kecuali :
  • Sakit sehingga mengharuskan dipotong agar sembuh (maka tidak makruh).
  • Dilarang suami (maka haram).
  • Anak balita menurut imam isnawi (maka tidak makruh)..
  • Anak perempuan yang berumur 7 hari yang mana ingin bersedekah wali nya seberat timbangan rambut anak tersebut (maka sunnah hukumnya).
Menurut Imam Ibnu hajar bahwa mencukur gundul rambut bagi wanita adalah haram apabila tidak dalam darurat, sedangkan  memendekkan agar rapi maka boleh.

تنبيه : كما يحرم على المرأة الزيادة في شعر رأسها يحرم عليها حلق شعر رأسها بغير ضرورة ، وقد أخرج الطبري من طريق أم عثمان بنت سفيان عن ابن عباس قال : " نهى النبي - صلى الله عليه وسلم - أن تحلق المرأة رأسها " وهو عند أبي داود من هذا الوجه بلفظ ليس على النساء حلق ، إنما على النساء التقصير والله أعلم(فتح الباري. ص:٣٨٨(١)) 

Rambut selain rambut kepala bagi wanita, seperti mencukur rambut wajah (bulu wajah), atau alis hukumnya haram jika tanpa idzin suami.

Potongan yang menyerupai potongan khas wanita kafir, maka hukumnya juga haram, karena tidak boleh menyerupai orang-orang kafir. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Ibn Umar radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Siapa yang meniru-niru (kebiasaan) suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut” (H.r. Abu Daud, dan dishahihkan al-Albani).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar